Ide itu Mahal

02 Desember 2009


Huh, hanya dalam hitungan menit saja otak sudah kelabakan untuk mengingat – ingat apa yang telah di pikirkan. Ya Allah, mungkin karena waktu yang sudah agak tengah malam. Dan tubuh juga mulai loyo. Tapi, nggak apalah sedikit untuk menina bobo-kan sepasang mata sipitku ini, aku mencoba untuk corat coret bagaimana pentingnya sebuah ide. Tadi, aku memang melihat ada sebuah gagasan yang sepertinya menarik, dan melintas di depan kedua mataku. Tentunya menarik bagi saya dan nggak tahu apakah itu menarik buat orang lain. Namun, yang jelas hanya dalam hitungan beberapa menit saja aku sudah kepayahan untuk mengingatnya kembali. Maklumlah, bagiku menulis itu merupakan hal yang baru. Jadi, ya beginilah, untuk hanya mengingat – ingat ide saja seakan sudah mau curhat di sini.


Jurnalis memang hebat. Penulis di media massa memang tangguh. Para penulis karya – karya ilmiah memang pintar dan hebat. Penulis novel memang kreatif. Kang Abik memang pandai bersilat pena. Andrea Hirata memang imajinatif. Yang lebih hebat lagi, Ibu dan Bapak guru bahasa Indonesia di sekolah dasar kita memang superman dan wonderwoman. Atas jasa dan barokah merekalah orang –orang hebat, orang – orang pandai, serta orang – orangan lainnya kini bisa menjadi ‘orang’. Mereka hebat dalam mencari ide. Mereka juga hebat dalam mengemas ide menjadi sebuah santapan yang enak dibaca. Mereka selalu kaya akan stok ide. Barang kali tidak sampe pada titik kepayahan ketika idenya hilang dalam hitungan menit. Mereka hanya cukup menarik nafas sejenak, maka ide – ide berebut datang agar mereka muncul di lembaran – lembaran yang di cari halayak. Mereka (masih para ide – ide itu) selalu punya harapan menjadi terkenal, menjadi sumber inspirasi bagi pemuda pemudi, inspirasi bagi para mahasiswa, pebisnis, para koki, da’i, politisi, ekonom, calon bupati, calon DPRD tk II dan para calon –calon pemilik kursi panas lainnya. Kalau boleh memilih, aku lebih ingin menjadi kutu pemilik ide –ide itu dibanding menjadi kutu buku yang memuat ide – ide itu. Itu obsesiku. Karena aku dapat ikut selalu pergi ke mana saja. Menimba pengalaman – pengalaman sohib-nya ide. Dan bisa langsung merasakan getaran – getaran ide- ide yang berjibaku di dalam otak. Namanya saja kutu, seberapa dekat dengan otak???

Ide itu sangat mahal. Dan gagasan bukan hal yang murah. Karena kedua hal tersebut sama – sama menjadi dasar ilmu apapun, juga sebagai dasar segala bentuk konsep. Semua orang pasti punya gagasan dalam situsi tertentu atau umum. Dan hal itu tidak bisa , tidak. Karena merupakan hal yang pasti. Sampai orang yang hilang akal pun setidaknya punya inisiatif untuk mengisi perutnya sendiri. Alhamdulillah aku termasuk diantara orang –orang yang diberi anugrah sebagaimana manusia pada umumnya. Aku sama dengan Kang Abik, sama dengan Cak Nun, sama dengan Cak Imin, dan masih sama juga dengan cak – cak, cut – cut, para raden, para tuangku sampai para kiyai sebagai anggota tetap penerima rahmatan lil’alamin. Bedanya, mereka bukan orang yang gampang gugup. Mereka bukan orang yang demam panggung. Kalau aku,” pangapura baelah”....hanya untuk menuliskan gagasan atau ide di atas kertas putih, dalam keadaan sendiri tanpa ada satu pun yang melihat saja aku bingung. Bukannya tanpa ide, tapi memang aku lupa. Dan untuk mengingatnya pun memang tidak mudah bagiku.
اللهم ارحمنا بالقرأن واجعله لنا اماما ونورا وهدى ورحمة اللهم ذكرنا منه ما نسينا وعلّمنا منه ما جهلنا.


0 komentar: