Aku merasakan atmosfir yang berbeda pagi ini (13/10). Kondisi badan memang agak sedikit kurang enak lantaran malam tadi nyaris klontang klantung di luar jika tidak mampir ke Gami’, setelah mengucapkan selamat ultah kepada Tole dengan Sawatan telor dan tepung di rumah musallas bersama panjul, izul, wawak dkk yang lain. furqon memang telah membeli togin pesanan Tole untuk kita semua, namun kita berdua (aku, panjul) tetap memilih untuk tidak terkena balasan Tole karena kebetulan furqon datang setelah aku melarikan diri ke bawah. Eh cerita ultahnya tole tak tunda dulu, ntar edisi selanjutnya aja, edisi khusus!!tunggu aja….
Jam 8 pagi aku pulang dari gami’, ehh….setelah melihat hp, ternyata pak Direktur nelpon trus nggak ada yang angkat, hp mang lupa tak bawa tadi malam dan penghuni rumah masih pada asyik melayani mimpi pagi. Aku sedikit berpikir jangan – jangan sekarang piketku di Griya. Cjuh….ternyata bener…. jadwal piketku hari ini dengan pak direktur!!!batinku. aku langsung bergegas ke Griya sambil berpikir di jalan “ada apa gerangan pak direktur telpon pagi2???”trus berpikir juga tentang agenda hari ini, yang pada awalnya mau berangkat ke rob’ah wisma nusantara hari ini, untuk menyelesaikan tugas dari pak Presiden PPMI.
Pagi masih terasa dingin, langit pun belum mau menunjukkan tanda tanda akan adanya panas sinar mata hari. Mungkin ini awal datangnya musim dingin. Di jalan 100 m sebelum Griya, aku melihat banyak sekali orang yang memenuhi pinggiran jalan El Zimr ini menunggu angkutan yang datang. Aku langsung teringat wajah al Azhar dan merindukannya setelah sejak hari raya aku belum pernah menengoknya sekali pun.
Di sela sela aku memikirkan tugas tugasku, aku malah merindukan kuliah di azhar dengan duktur dan pelajaran baru. Di samping aku teringat kewajibanku yang harus memenuhi pembayan rusum tsanawi ke al azhar. Namun krisis ekonomi yang menimpaku itu yang justru menghalangiku pergi ke
Sesampaiku di Griya, keadaan gelap….!!!sepii…!! itu artinya penghuninya masih tidur. Hanya ada seorang Nadzir, rekan kerjaku di Griya.
“pak Qodir ning ndi dzir? Aku nyletuk sambil jalan ke atas..
”mboh, ng tub romli ya’e”ungkapnya didepan computer.
Aku masuk laundry dan duduk sambil klitah klitih…pagi ini memang sepi. Aku langsung menelpon pak direktur. Benar kata Nadzir dia lagi di tub romli. Pak direktur ternyata ingin memastikan aku ada di Griya lantaran beliau mau pergi ke al azhar untuk ijro’at sampai siang nanti.
Setelah aku duduk sejenak ditemani aroma sepi, diam tanpa suara. Sedikit demi sedikit terdengar suara “dunk….dunk” semakin keras dan “sek…sek…sek”…aku terdiam dan sedikit berpikir siapa yang datang, eh ternyata Nadzir.
“cong..!!! meduk sek yo? Ra ngopo ngopo
“yo, ok” jawabku. Itu artinya aku disuruh jaga sekretariat.
Aku turun dibelakang Nadzir menuju computer yang tampaknya nggak di gunakan.Belum lama aku duduk di depan computer sambil buka YM.
“Djanciik…ning ngarep ono wong loro nggowo tang karo obeng”, ungkap nadzir sambil mondar mandir emosi.
“mang ono opo?”sahutku.
“ki lho delo’en!!”,sambil menunjukkan kamera ke arahku dekat. “iki obeng gwedine sak mene…Djanciik tenan!!”, tunjuknya ke layar kamera.
“mang wong loro ki meh ngopo?”,maksudku bertanya.
”lagi ngincer motor. Coba wingi bengi jam setengah loro wes arep nggotong motor terus ning ngarep wes ono mobil karo bemo…untung ae mbah yatno metu terus ngonangi. Cok… mataaane!!” jelasnya..
Wah ternyata Nadzir ini lagi dilanda kecemasan, lantaran Ia membawa motor CBR yang berukuran besar milik temannya dan ada yang mau mencurinya. Untung dia ada inisiatif mengambil gambarnya dari tingkat atas dengan kamera. jadi kalo nanti ada hal yang tidak di inginkan, setidaknya sudah ada bukti. Memang lumayan mahal motor ini. Apalagi akhir akhir ini temen temen Indonesia sempat dikejutkan dengan aksi penjambretan secara berkelompok oleh orang berkulit afrika. Mulai rawan lagi kairo.
“ndzir kok ra digowo wae ning omahhe kang ihya’(pemilik motor)?”. Lanjutku bertanya.
“la iki lagi tak preteli, asline sih iso. Tapi yoo…mbohlah nko”,jawabnya.” Kowe ning kene sek yo sin !! aku meh ning bawabah disek…mengko nek wong kae longak longok cera’i wae” lanjutnya.
“ok”.tak jawab simple.
Aku sendiri di Griya setelah kepergian Nadzir. Dia pergi naik tremko dan motornya ditinggal. Jam menunjukkan pukul setengah Sembilan pagi. Tapi inilah kairo, serasa masih malem, soalnya belom ada yang bangun. Nggak ada suara apapun kecuali dengkuran seseorang dan aku kurang tau pasti siapa dia. Di dalam kesendirianku, aku memikirkan dua orang yang berbaju merah dan putih duduk di depan Griya,yang baju merah bertopi sedang membawa tang, sedangkan yang putih membawa obeng dan “plenga plengo” sesekali menghadap ke arah Griya. Memang agak sedikit takut takut gimana…..”gek orangnya besar besar…kalo ujug ujug masuk ….halah ra urus..!! mbatinku.
Seperempat jam aku menunggu, ketika lagi asyik di depan komputer, “kreketek….!!”, suara pintu..
Bersambung…….
Selengkapnya......