Imam Malik mempunyai nama lengkap Malik bin Anas bin Amir al Ashbahi. Lahir di Madinah pada tahun 93 H. Dari kedua orang tua arab, maka dinisbatkan kepada bapaknya yang berasal dari qabilah Dzi Ashbah, salah satu qabilah yang ada di Yaman. Dan ibunya adalah al ‘Aliyah binti Syarik al Asadiyah, yaitu berasal dari qabilah Asad. Kakeknya Abu ‘Amir adalah seorang sohabi yang beberapa kali mengikuti perang bersama Nabi SAW kecuali perang Badar. Sebagaimana kakeknya yang paling muda adalah seorang pembesar Tabi’in, dia adalah salah satu dari empat orang yang memikul jasad sahabat Utsman ke makamnya pada malam hari.
Imam Malik bin Anas menghabiskan waktu hidupnya hanya di kota Madinah, dan tidak diketahui kepergian beliau dari kota Madinah kecuali pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji sehingga meninggal di sana pada tahun 179 H.
Imam Malik bin Anas telah hafal Al qur’an semenjak kecil, kemudian mulai untuk menggali ilmu dari para ulama Madinah seperti mengikuti majlis Robi’atur Ro’yi. Dan setelah selesai dalam majlis ini, imam Malik berpindah kepada Abdur Rahman bin Harmaz.
Imam Malik sangat kagum kepada Abdul Rahman bin Harmaz yang mana beliau adalah salah satu tabi’in ahli ushul, fiqih dan hadits. Abdul Rahman bin Harmaz meriwayatkan dari Abu Huroiroh, Abu Sa’id al Hudhri, dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan.
Imam Malik adalah seorang yang sangat pandai dalam segala ilmu, dan sangat bersemangat dalam mencarinya. Sehingga beliau tidak menyisakan tenaga dan harta demi mencari ilmu. Imam Malik sangat gigih sehingga dalam salah satu riwayat beliau pernah menjual atap rumahnya demi kelanjutannya dalam mencari ilmu. Imam Malik juga mempunyai beberapa masyayikh, yang mana beliau selalu pergi ke tempat mereka untuk mencari ilmu walaupun keadaan cuaca sangat panas ataupun sangat dingin.
Imam Malik memulai belajar dengan periwayatan hadits, ilmu fatawa shohabah, kemudian membuat dasar-dasar fiqih dalam madzhabnya, dan tidak cukup sampai itu saja, beliau bahkan mempelajari semua disiplin ilmu syari’ah. Maka imam Malik tidak hanya sebagai ulama’ hadits saja, namun juga sebagai salah satu imam madzhab fiqih. Maka banyak ulama’-ulama’ besar yang datang kepadanya untuk menimba ilmu. Sehingga madzhab Imam Malik tersebar ke penjuru dunia. Dan pada musim haji, banyak orang yang berbondong-bondong untuk bertemu kepada Imam Malik, sehingga mereka pun rela bergelut dengan suasana yang sangat penuh.
Guru-guru imam Malik bin Anas
Imam Mailk bin Anas berguru dalam ilmu fiqih dan sunnahnya kepada beberapa ulama’ besar saat itu. Diantaranya, Abdul Rahman bin Harmaz, Muhammad bin Muslim bin Syihab az Zuhri, Abu al Zaman ‘Abdullah bin Zakwan, Robi’ah bin ‘Abdul Rahman yang dinamakan juga sebagai Robi’at ar Ro’yi.
Dan perlu diketahui bahwa mereka (masyayikh Imam Malik), sangat menguasai berbagai ilmu, dari fiqih, ijtihad, hadits dan atsar para sahabat. Dan Imam Malik bin Anas telah menguasai semua ilmu dari mereka, sehingga Imam Malik bin Anas disebut sebagai muhaddis, dan disebut juga sebagai faqih.
Kitab Muwato’
Kitab ini terhitung sebagai kitab yang pertama kali disusun. Dimana kitab ini mencakup riwayat-riwayat dari sunnah. Hal ini karena para ulama’ saat itu kebanyakan hanya menyimpan riwayat haditsnya di dalam ingatan mereka. Dan banyak dari mereka yang tidak pandai dalam menulis dan menyusun kitab.
Imam Malik bin Anas mulai menyusun kitabnya pada masa kholifah Abasiyyah, Abi Mansur dan beberapa pemimpin al Mahdi. Sedangkan kholifah Rosyid berusaha menjadikan Muwato’ sebagai panduan peraturan dalam negara islam. Sehingga dalam menghakimi berbagai masalah, akan merujuk pada kitab ini. Selain itu, kholifah juga menginginkan kitab ini di pajang pada dinding ka’bah agar seluruh umat islam mengetahui kitab muwato’ ini. Akan tetapi Imam Malik menolak tawaran tersebut.
Kitan Muwato’ telah mencakup ilmu fiqih. Maka muwato’ merupakan kitab hadits dan juga kitab fiqih. Banyak ulama’ yang meriwayatkan kitab ini, diantaranya riwayat Yahya bin Yahya al Laitsi al Andalusi, riwayat Muhammad bin al Hasan as Syibani dan lain sebagainya.
Murid-murid Imam Malik
1. Ibnu Qosim (128-197 H.)
2. Ibnu Wahhab (125-197 H.)
3. Asyhab (145-204 H.)
0 komentar:
Posting Komentar